🐅 Masih Banyak Guru Yang Belum Mengetahui Adanya Buku Pelajaran Digital
Terdapatsejumlah alasan, mengapa guru perlu untuk mengembangkan bahan ajar, yakni antara lain; ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum, karakteristik sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah belajar. Pengembangan bahan ajar harus memperhatikan tuntutan kurikulum, artinya bahan belajar yang akan kita kembangkan harus sesuai dengan kurikulum.
Jakarta (Antara Sumbar) - Sejumlah siswa ternyata masih belum mengetahui adanya Hari Guru Nasional yang diresmikan pemerintah pada tanggal 25 November 1945 ketika Kongres ANTARA News sumbar pendidikan
Komponenkomponen yang ada di kurikulum diantaranya terdiri dari tujuan, materi pembelajaran, metode, dan evaluasi. Kurikulum akan berjalan sesuai tujuan pendidikan dengan adanya kerja sama diantara seluruh subsistemnya. Apabila salah satu variable kurikulum tidak berfungsi dengan baik, maka kurikulum akan berjalan kurang maksimal.
Prosesbelajar mengajar di kelas, di masa depan tidak lagi membutuhkan buku berbentuk fisik. Proses belajar mengajar di kelas, di masa depan tidak lagi membutuhkan buku berbentuk fisik. Inovasi Buku Pelajaran Digital Dari Apple. Jumat, 20 Januari 2012 | 06:05 WIB Oleh : FMB. Aplikasi Apple untuk mengganti buku fisik, menjadi hal baru dalam
Tidakseperti jika pembelajaran melalui tatap muka saja atau hanya dengan membaca buku. Siswa dan siswi akan mendapat wawasan yang lebih luas dan tidak terbatas. (Baca juga : Cara Logout Play Store) 5. Mandiri - Berbeda dengan pembelajaran tatap muka, melalui e-Learning siswa dan siswi berguru ke internet tanpa adanya campur tangan dari guru
Masihbanyak guru yang belum mengetahui adanya buku pelajaran digital; Padahal, Kementrian Pendidikan Indonesia sudah menyiapkan 49 judul buku digital kecil di internet. Karena itu, pada awal tahun ajaran sekarang, kemungkinan kecil sekolah menggunakan buku digital
Saatmemeriksa hasil jawaban murid, guru akan dipermudah dengan penggunaan teknologi AI. Tidak memerlukan banyak waktu untuk memeriksa hasilnya. 6. Learning Analytics. Penggunaan blog banyak dilakukan saat ini, guru dapat mempublikasikan konten berupa tulisan, video atau rekamanan suara yang merupakan materi pelajaran. Lalu meminta murid untuk
Menetapkanrencana pendidikan atau pembelajaran untuk tahun pelajaran yang akan berjalan meliputi perencanaan : a. Rapat awal tahun dengan dewan guru. b. Rapat pleno dengan orang tua siswa dan Komite Sekolah. c. Pembagian tugas mengajar. d. Pembinaan guru/siswa. e. Kebutuhan buku-buku pelajaran dan pegangan guru. f.
Peranteknologi tak hanya bisa berhenti di situ saja. Dalam tulisannya yang dipublikasikan oleh Forbes ³, Bernard Marr menyebutkan beberapa hal yang bisa diakomodir oleh teknologi khususnya oleh kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). AI memungkinkan adanya pembacaan terhadap kebiasaan setiap siswa.
J5TCSSe. Integrasi teknologi dalam pembelajaran – dari aplikasi kelas daring hingga platform edukasi – semakin menjadi keniscayaan bagi guru di Indonesia, terlebih setelah melewati pandemi yang mengharuskan mereka menjalankan online learning. Jika penggunaannya tepat, teknologi pembelajaran bisa membantu meningkatkan kualitas dan pemerataan pendidikan di Indonesia. Bahkan, Kementerian Pendidikan Kemdikbudristek kini intens mengembangkan dan mempromosikan beragam platform – termasuk platform Merdeka Mengajar’ – sebagai upaya mempercepat adopsi teknologi pembelajaran. Tapi, kajian UNICEF yang terbit tahun lalu menunjukkan banyak guru di Indonesia masih belum mampu menggunakan teknologi pembelajaran dengan maksimal meski sudah menjalani online learning selama 2 tahun. Read more Memadukan kelas _online_ dan _offline_ selama pandemi berhasil di Eropa. Mengapa di Indonesia tidak mudah? Bahkan, guru yang berhasil menjalankan kelas via aplikasi konferensi daring seperti Zoom, kerap bertahan dengan metode lama, mulai dari mengajar dengan ceramah satu arah hingga kembali terbatas pada buku teks fisik. Ini membuat murid gagal nyambung dengan pembelajaran. Apa saja hambatan yang dihadapi guru dan bagaimana kita bisa memberdayakan mereka untuk bisa menggunakan teknologi pembelajaran dengan efektif? Hambatan guru dalam memakai teknologi pembelajaran Salah satu kendala utama pemakaian teknologi pembelajaran tentu saja adalah infrastruktur dan penetrasi internet serta kebiasaan penggunaan teknologi digital yang belum merata di Indonesia. Berbagai riset, kajian, dan survei telah mendokumentasikan masalah ini dengan baik. Tetapi, bagaimana dengan kompetensi digital guru itu sendiri? Beberapa peneliti menawarkan perspektif menarik. Peggy Ertmer, profesor desain dan teknologi pembelajaran dari Purdue University, Amerika Serikat AS, mengatakan bahwa persepsi guru terhadap teknologi sangat mempengaruhi cara mereka memakai teknologi pembelajaran. Banyak guru cenderung memiliki persepsi 'deterministik’ yang melihat teknologi sebagai resep mujarab one-stop solution untuk semua masalah pendidikan. Persepsi deterministik dapat membuat guru cenderung memandang penggunaan teknologi pendidikan sebagai tujuan akhir, tanpa berfokus pada luaran dan evaluasi dari penggunaan teknologi itu sendiri. Di sisi lain, riset juga menunjukkan banyak guru di Indonesia masih menerapkan pembelajaran yang terpusat pada mereka. Kombinasi ini membuat banyak di antara pengajar memakai teknologi sekadar sebagai kosmetik’ – seperti memakai presentasi Powerpoint untuk menggantikan kertas – tanpa adanya pembaharuan dalam cara mengajar untuk lebih terpusat pada siswa. Selain itu, profesor pendidikan di Singapura, Chin-Chung Tsai dan Ching Sing Chai berargumen bahwa lemahnya design thinking kompetensi mendesain pembelajaran di antara guru juga menjadi kendala. Kompetensi ini penting bagi guru untuk merancang pembelajaran yang sesuai dengan konteks dan kebutuhan siswa. Read more Bagaimana membuat kuliah tidak membosankan jawabannya bukan teknologi, tapi memahami cara mengajar yang baik Misalnya, dalam kelas bahasa Inggris, jika seorang murid mengalami keterbatasan karena kurang percaya diri dalam berbicara, guru bisa mendesain pembelajaran yang melibatkan aplikasi simulasi percakapan untuk membantu sang murid – meskipun hal seperti ini tak melulu termuat dalam panduan kurikulum. Sayangnya, kemampuan menghadirkan inovasi desain pembelajaran seperti ini masih cenderung lemah di kalangan guru Indonesia. Artinya, meskipun ada fasilitas dan kemauan untuk mengintegrasikan teknologi, penggunaannya tidak akan efektif tanpa keahlian pedagogi pengajaran maupun kompetensi dalam mendesain pembelajaran melalui media digital. Tiga langkah dukung guru kuasai teknologi pembelajaran Ekonom sosial dari London School of Economics LSE, Naila Kabeer, menjelaskan bahwa penyediaan sumber daya yang memadai adalah fondasi dari pemberdayaan agensi dan pencapaian manusia. Sumber daya seperti apa yang kita perlu sediakan untuk pemberdayaan kompetensi digital guru? Pertama, pemerintah dan institusi pendidikan perlu mendukung guru dengan sumber daya rujukan referential resources yang komprehensif, dari pedoman kurikulum hingga panduan evaluasi pembelajaran memakai teknologi. Kajian dari UNICEF sebelumnya menemukan bahwa inisiatif dan kebijakan dari pemerintah selama ini masih fokus pada peningkatan kompetensi digital murid dan belum banyak membekali guru. Dalam aspek evaluasi capaian murid, misalnya, meski dalam Panduan Pembelajaran dan Asesmen PPA dari pemerintah sudah memuat prinsip-prinsip asesmen pembelajaran, belum ada penjelasan yang menyeluruh bagaimana peran teknologi digital memediasi proses ini. Teknologi digital bisa saja mempermudah evaluasi capian murid karena memberikan hasil kilat hanya dalam hitungan detik, contohnya dengan instrumen Automated Writing Evaluation AWE yang menggunakan teknologi pemrosesan bahasa untuk mengevaluasi tulisan siswa. Tapi, riset juga menunjukkan bahwa kerap terjadi inkonsistensi antara hasil AWE dengan penilaian manusia. Ilustrasi ini menunjukan bahwa guru perlu panduan yang tepat, baik itu bagaimana menggunakan teknologi sebagai alat bantu dalam proses asesmen maupun proses lainnya. Kedua, guru juga perlu dukungan sumber daya pengetahuan knowledge resources. Beda dengan sumber daya rujukan yang berhubungan dengan pedoman tertulis, sumber daya pengetahuan berkaitan dengan pelatihan dan wawasan bagi guru untuk meningkatkan kompetensi pengajaran dengan teknologi. Hal ini bisa berbentuk pelatihan berkelanjutan melalui komunitas profesi guru, seperti Musyawarah Guru Mata Pelajaran MGMP. Merujuk pada gagasan design thinking sebelumnya, guru perlu pelatihan rutin terkait pemanfaatan teknologi yang tak hanya memuat teknik-teknik kaku, tapi juga bagaimana menggunakannya untuk mendesain pembelajaran yang menyasar kebutuhan siswa student-centered learning secara kreatif. Pemerintah sebenarnya telah memulai ini dengan menjadikan pembelajaran berbasis TPACK Technological Pedagogical Content Knowledge sebagai salah satu capaian pembelajaran dalam program Pendidikan Profesi Guru PPG. TPACK adalah pendekatan yang melihat bahwa penggunaan teknologi yang efektif wajib memuat irisan antara konten, teknik mengajar, dan kompetensi design thinking guru. Kampus keguruan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan atau LPTK di Indonesia perlu terus mengembangkan ini dalam mempersiapkan guru-guru masa depan agar merancang pembelajaran yang efektif. Selain itu, pelatihan bagi guru untuk senantiasa memahami konteks contextual knowledge juga penting agar mereka empatik dan memahami kondisi siswa. Contohnya, bagi guru yang mengajar di daerah minim akses internet, pengiriman rekaman suara voice note pembelajaran disertai presentasi Powerpoint melalui aplikasi pesan bisa jadi lebih efektif ketimbang materi video di Youtube yang butuh jaringan internet lebih kuat. Ketiga, guru perlu dukungan berupa sumber daya finansial financial resources agar bisa membekali diri untuk berinovasi. Di lingkup universitas, bantuan paket data dari Kemdikbudristek saat pandemi cukup meringankan dosen dan mahasiswa dalam melakukan pembelajaran daring. Subsidi perangkat digital yang difasilitasi insititusi atau pemerintah juga bisa menjadi daya bagi guru untuk menyiapkan pembelajaran yang inovatif. Tak hanya terbatas pada subsidi perangkat eletronik atau akses internet, dana berupa dukungan hibah pun bisa pemerintah mendukung program inovatif seperti implementasi design thinking dalam kelas atau kegiatan guru-melatih-guru. Sumber daya finansial ini tak hanya penting agar guru bisa mengakses dan menerapkan teknologi pembelajaran dengan baik, tapi juga menjamin kesejahteraan mereka sekaligus menarik dan mempertahankan tenaga pendidik yang punya bekal kompetensi digital yang baik. Di Indonesia, data Badan Pusat Statistik BPS menunjukkan bahwa rata-rata upah pegawai di sektor pendidikan terendah dibandingkan sektor lain – termasuk sektor konstruksi, reparasi mobil, hingga pengelolaan air dan limbah. Padahal, kajian dari UNESCO melaporkan adanya korelasi antara kapasitas finansial guru dan murid dengan partisipasi mereka dalam online learning. Tiga sumber daya yang saling beririsan tersebut – berupa referential, knowledge, dan financial – harapannya bisa menggerakkan guru untuk meningkatkan kapasitas digital maupun kompetensi desain pembelajaran berbasis teknologi agar bisa meraup manfaat sebesar-besarnya bagi pengajar maupun murid di era pembelajaran digital.
Kompas Kamis, 26 Juni 2008 0122 WIB Jakarta, Kompas – Masih banyak guru yang belum mengetahui adanya buku pelajaran digital. Padahal, Departemen Pendidikan Nasional sudah menyiapkan 49 judul buku digital yang sudah tersaji di internet. Karena itu, pada awal tahun ajaran sekarang kecil kemungkinan sekolah menggunakan buku digital. Sejumlah guru yang dihubungi pada Rabu 25/6 mengatakan, belum terlalu mengenal buku digital. ”Baru samar-samar mendengarnya,” kata Ahmad Taufan, guru di SDN 2 Merdeka, Kota Bandung. Menurutnya, program tersebut bisa menguntungkan murid, orangtua, dan guru. Namun, guru terlebih dahulu harus dibekali pengetahuan tentang internet. ”Banyak guru yang belum akrab dengan internet, apalagi harus mengunduh buku pelajaran,” ujarnya. Agus Supriyadi, guru SDN Merak 1 Balaraja, Kabupaten Tangerang mengatakan, di sekolahnya hanya ada satu komputer dan belum tersambung dengan jaringan internet. ”Jika harus ke warnet, bagaimana biayanya?” ujarnya. Suherna, guru kelas VI SDN Margadadi VI, Indramayu, Jawa Barat, mengatakan, buku sekolah elektronik BSE akan bermanfaat jika guru-guru diberi pelatihan dulu soal internet. ”Sebab, yang akrab dengan internet sekarang ini baru sekolah-sekolah di kota,” ujarnya. Secara keseluruhan, program BSE itu akan tetap mendapat dukungan dari guru-guru. Sebab, kata Suherna, harga buku sekarang semakin mahal, sedangkan kebutuhan buku dari setiap siswa setiap tahunnya mencapai 10 buku mata pelajaran. Itu berarti, jika harga buku teks pelajaran sekitar Rp hingga Rp per buku, dalam setahun orangtua siswa SD harus menyiapkan uang minimal Rp untuk membeli buku. Dilarang menjual buku Di Jakarta guru dan kepala SD dan SMP tidak diperbolehkan menjual buku pelajaran kepada para siswanya. Terhitung mulai tahun ajaran 2008 buku wajib tersebut harus dipinjamkan secara gratis kepada para muridnya. Buku wajib ini juga akan digunakan selama lima tahun. Dalam kurun waktu itu, buku-buku tersebut tidak akan diganti. ”Semua buku pelajaran untuk SD dan SMP negeri sudah disediakan pemerintah melalui dana biaya operasional sekolah,” kata Kepala Subdinas Standarisasi dan Pengembangan Pendidikan Dinas Pendidikan Dasar DKI Jakarta Kamaluddin. Menurutnya, sekolah dilarang menjual buku pelajaran karena Depdiknas sudah menyiapkan 49 judul buku SD dan SMP di ineternet. INE/ THT/PIN/ELN This entry was posted in Berita Pendidikan and tagged BSE, Buku Digital, Buku Elektronik, Buku Pelajaran, Buku SD, Buku sekolah, Buku SMA, Buku SMP, Depdiknas, Pendidikan, SD. Bookmark the permalink.
Dunia tengah memasuki revolusi digital atau industrialisasi keempat. Penggunaan Internet of Things IoT, big data, cloud database, blockchain, dan lain-lain akan mengubah pola kehidupan manusia. Murid, misalnya, dengan mudah dapat menemukan informasi melalui internet untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya. Bahkan, untuk kondisi tertentu seperti di daerah-daerah 3T terdepan, terluar, tertinggal, gawai dapat menggantikan orang tua dan guru. Di daerah seperti ini kebanyakan orang tua tidak mampu membimbing anaknya belajar. Guru yang baik pun jarang ditemukan. Di masa depan, pengajaran kepada murid bisa jadi fungsi perusahaan digital juga. Selain di sekolah, anak dapat belajar di mana saja. Betulkah gawai negatif? Kini lebih dari 93 juta penduduk Indonesia adalah pengguna internet dan sekitar 71 juta memiliki telepon seluler ponsel. Mereka cenderung terhubung dengan media digital. Sebagian adalah orang muda yang senang terhubung connected dan berkomunikasi-communicate, serta menggandrungi perubahan change. Sebagian besar adalah generasi baru yang menghadapi pergeseran kebiasaan lama ke tradisi baru yang tidak mudah menduga arahnya. Perkembangan dunia digital begitu dinamis yang lambat laun bukan sekadar mempengaruhi tapi mengubah gaya hidup masyarakat tanpa dapat dihindari oleh siapa pun. Dunia tidak perlu menunggu waktu satu abad untuk mengalami perubahan era digital. Anak sekolah sekarang ketika dewasa kelak akan berhadapan dengan digitalisasi kehidupan. Diperkirakan 65% ragam pekerjaan sekarang akan tergantikan oleh jenis pekerjaan baru yang kini belum terbayangkan. Sebut saja, misalnya, ketika perangkat proyektor diaplikasikan pada komputer dan HP, maka berbagai pabrik proyektor dan bahkan televisi akan segera tutup, pengunjung bioskop pun menghilang. Banyak pemangku kepentingan pendidikan, baik birokrat, tokoh masyarakat, maupun orang tua murid yang mengkhawatirkan dampak negatif penggunaan telepon seluler oleh anak. Banyak pula sekolah yang melarang murid membawa ponsel. Padahal, sebagai alat komunikasi, baik atau buruknya penggunaan gawai tergantung kepada pemakai. Dukungan dari semua pihak yang relevan terkait upaya meminimalkan dampak negatif media digital tentu diperlukan. Namun, penggunaan gawai untuk tujuan positif harus diberi ruang seluas-luasnya. Inovasi teknologi untuk pendidikan Salah satu area teknologi digital dapat memberikan solusi terhadap permasalahan masyarakat adalah di sektor pendidikan. Masih banyak komunitas di Indonesia yang mayoritas orang tua tidak mampu membantu anaknya belajar. Penyebabnya bisa karena mereka berpendidikan rendah atau jarang berada di rumah. Selain itu, masih banyak guru yang kemampuan mengajarnya meragukan, sebagaimana terindikasi bahwa lebih dari separuh mereka tidak lulus uji kompetensi guru UKG. Hasilnya banyak anak Indonesia mendapatkan kualitas pengajaran dan pendidikan yang rendah. Hasilnya kemampuan membaca, berhitung, dan pengetahuan sains anak-anak Indonesia berada di bawah Singapura, Vietnam, Malaysia, dan Thailand berdasarkan tes PISA The Programme for International Student Assessment 2016. Sebuah perusahaan berbasis teknologi digital, Ruangguru, berupaya memberikan solusi untuk masalah pendidikan di Indonesia dengan menyediakan platform pembelajaran via gawai. Indonesia memiliki 3,1 juta guru tetap ditambah lebih dari 700 ribu guru honorer. Sekitar separuh dari jumlah tersebut memiliki kompetensi cukup untuk dapat mengajar dengan baik. Sebagian dari guru kelompok terbaik berpotensi besar untuk menjadi mitra kerja perusahaan pembelajaran digital. Perusahaan digital Ruangguru, didirikan pada 2014, saat ini telah merekrut melalui seleksi ketat sekitar 150 ribu guru untuk bergabung dalam platform mereka. Para guru ini adalah mitra kerja Ruangguru sebagai tutor yang membantu anak memahami materi pelajaran. Modul bimbingan belajar setiap materi disajikan secara visual dan dapat diunduh pengguna. Murid membayar setiap paket belajar yang dipilihnya, mulai puluhan ribu sampai jutaan rupiah. Guru tutor mendapat penghasilan sesuai dengan jumlah pengguna yang mengikuti paket belajarnya. Pada awal 2018, lebih dari tujuh juta murid SMP dan SMA menjadi pengguna. Jumlah anak sekolah SMP dan SMA di Indonesia 14,6 juta ditambah murid SMK sebanyak 4,8 juta orang. Berbagai aplikasi Ruangguru menempati peringkat pertama untuk kategori pendidikan di Google Play dan iOS App Store. Contoh layanan yang disediakan Ruangguru, misalnya Ruangguru “On-The-Go”, yaitu aplikasi untuk mempermudah murid menyaksikan video tanpa kuota internet. Ruangguru juga memudahkan murid untuk mengakses ribuan video materi, pembahasan dan latihan dari beragam mata pelajaran tiap-tiap tingkatan kelas. Video tersebut didesain dan diproduksi Ruangguru bersama guru tutor pilihan. Sebuah produk Ruangguru, bernama “digitalbootcamp”, yaitu platform belajar kelompok dengan bimbingan tutor siaga. Grup chat belajar ini memanfaatkan modul bimbingan belajar lengkap, latihan soal dan tryout, serta akses video materi yang tersedia di “ruangbelajar.” Melalui layanan “digitalbootcamp” Ruangguru berhasil membantu lebih dari 96% pesertanya meraih nilai rata-rata di atas 70 pada Ujian Nasional 2017. Ruangguru juga menawarkan beberapa produk lain, seperti “ruanglesonline” layanan bimbingan belajar sesuai kebutuhan. Melalui “ruanglesonline” anak mengirimkan foto soal dan menuliskan pertanyaan terkait soal tersebut. Dalam waktu 3 menit dia akan terhubung dengan tutor. Kemudian tutor membantu anak belajar via chat selama 30 menit dengan biaya Sementara itu, layanan “ruangles” menyediakan ribuan profil guru privat berkualitas yang dapat dipilih anak sendiri untuk membimbingnya belajar di rumah atau tempat lain yang disepakati. Anak dapat juga menyampaikan kebutuhan belajarnya dan Ruangguru akan memilihkan tutor yang paling pas untuk anak. Guru privat membuat rencana belajar sesuai kebutuhan anak dan secara rutin melaporkan perkembangan belajar kepada orangtua anak. “Ruangles” adalah portal pencarian guru privat terbesar di Indonesia. Para guru juga bisa memanfaatkan aplikasi “ruangkelas”, layanan Learning Management System yang disediakan secara gratis untuk guru dan murid di Indonesia. Aplikasi ini membantu guru memberi tugas dan memonitor perkembangan belajar murid. Guru dapat memberikan tugas dan ujian kepada murid secara online di mana saja dan kapan saja. Guru dapat memonitor hasil tugas yang dikerjakan murid secara langsung dan mudah. Guru dapat mengevaluasi kemampuan murid untuk tiap mata pelajaran secara otomatis. Potensi yang harus digali “Sekolah” berasal dari bahasa latin yang arti sebenarnya adalah waktu luang. Sekolah merupakan kegiatan di waktu luang bagi anak dan remaja di tengah hak dasar mereka untuk bermain menikmati masa mudanya. Dalam perkembangannya, makna sekolah berubah menjadi lembaga tempat berprosesnya ajar antara murid dan guru yang memerlukan tempat dan dukungan berbagai alat bantu pembelajaran dalam suasana birokratis. Di masa depan, dengan perkembangan teknologi, anak dapat belajar di mana saja dan guru pun dapat menjadi fasilitator dan moderator pembelajaran tanpa terikat ruang fisik. Ruangguru sudah menunjukkan sedikit gambaran bagaimana itu dapat terlaksana. Ke depan, Indonesia memang masih memerlukan banyak pembangunan startup yang menawarkan layanan-layanan spesialis, seperti perusahaan digital “Sanggaripa,” “Sanggarips,” “Sanggarhitung, "Sanggarbaca,"dan lain-lain untuk memberi pengajaran kepada murid,” Lemaripustaka" yang menyediakan bacaan bagi murid, dan “Pondoksantri” dan “Kitabkuning"yang mempromosikan berbagai pelajaran madrasah dan pesantren. Pemerintah Indonesia saat ini memfasilitasi Gerakan Nasional 1000 Startup Digital untuk mendorong pengembangan dan penggunaan teknologi dalam menyediakan berbagai solusi inovatif. Namun, yang tak kalah penting dari pengembangan startup digital adalah pemerataan pembangunan infrastruktur digital di seluruh pelosok negeri. Agar Indonesia dapat memanfaatkan perkembangan teknologi era digital, dukungan internet berkapasitas besar dan supercepat di semua desa dan sekolah diperlukan.
masih banyak guru yang belum mengetahui adanya buku pelajaran digital